Senin, 13 Oktober 2014

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS DI DUNIA DAN INDONESIA



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEKANBARU


TUGAS MANDIRI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS
DI DUNIA DAN INDONESIA
Mata Kuliah Dasar-Dasar Humas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau







Oleh:
SITI MARYAM
NIM.1301110399

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2014


1.1 Pengertian Public Relations Menurut Para Ahli

1.  Frank Jefkins
Public Relation adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara satu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian’ (Public Relations, Frank Jefkins Revisi Daniel Yadin. 2002 hal 10).
2.  Public Relation adalah kelanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill dari publik. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.12)
3.   Edward L.Berney
Public Relation adalah membujuk publik untuk memiliki pengertian yang mendukung serta memiliki niat baik. (Everything you should know about public relations,2003 hal.6)
4.  Public Relation adalah suatu sistem komunikasi untuk menciptakan kemauan baik. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.13)
5.  J.C., Seidel,
Public Relation adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan public yang lebih luas. Kedalam mengadakan analisis dan perbaikan diri sendiri, sedangkan keluar memberikan pernyataan-pernyataan. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.12)
6. Public Relation adalah falsafah manajemen yang didalam tiap keputusan dan tindakannya mendahulukan kepentingan orang lain. (Dasar-dasar Public Relation, Oemi Abdurrachman,MA, 1986 hal 27)
7.  Anthony Davis
Public Relation adalah manajemen komunikasi antara suatu organisasi dengan publiknya. (Everything you should know about public relations,2003 hal.3)
8.  Menurut (British) Institute of Public Relation (IPR)
Public Relation adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam menciptakan dan memelihara niat baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya’. (Public Relations, Frank Jefkins Revisi Daniel Yadin. 2002 hal 9)
9.   Public Relation adalah suatu fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menunjukan kebijaksaan dan prosedur dari individu atau organisasiatas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publik. (Hubungan masyarakat Dan Konsep Kepribadian, Drs. Muslimin, M.Si, Tahun.2000, Hal.2)
10. Dr. Rex Harlow
Public Relatoin adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian dan kerja sama. (Public Relation, Frank Jefkins Revisi Daniel Yadin.2002 hal 16)
11.Public Relation adalah komunikasi yang dilakukan suatu organisasi dengan orang-orang yang berkepentingan, guna untuk mendapatkan perhatian mereka dengan cara menguntungkan.(Everything you should know about public relations, Anthony Davis, 2003 hal.3)
12.Public Relation adalah profesi yang mengurusi hubungan antara sesuatu unit dan publiknya yang menentukan hidup unit itu. (Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Prof.Drs. H.A.W. Widjaja, Tahun. 2002, Hal. 54)
13.Public Relation adalah suatu sistem komunikasi untuk menciptakan kemauan baik. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.13)
14.Public Relation merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organsasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial(perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial.(Teori Dan Profesi Kehumasan, M. Linggar Anggoro, 2000 hal1)
15.Public Relation adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk memperoleh pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik diantara mereka. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.14)
16.Public Relation adalah salah satu bidang ilmu komunikasi pada suatu organisasi/ perusahaan dalam melaksanakan fungsi manajemen. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.)
17.Public Relation merupakan fungsi menejemen yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi/ perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen.(Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.13)
18.Public Relation adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi/ perusahaan. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.12)
19.Public Relation  yang modern adalah suatu rencana tentang kebijaksanaan dan kepemimpinan yang akan menanamkan kepercayaan publik dan menambah pengertian mereka. (Dasar-dasar Public Relation, Oemi Abdurrachman,MA, 1986 hal 26)
20.Public Relation merupakan suatu usaha yang secara sadar memotivasi agar orang-orang terpengaruh, terutama melalui komunikasi agar timbul pikiran yang sehat terhadap suatu organisasi, memberi rasa hormat, mendukung dan bertahan dengan berbagai cobaan dan masalah. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.13)

1.2 Sejarah dan Perkembangan Public Relations di Dunia
Awal public relation pertama sekali muncul dapat dilacak melalui peradaban-peradaban besar di masa lalu, seperti Babylonia, Mesir, Yunani kuno, dan Romawi. Teknik-teknik yang biasa digunakan dalam PR sekarang sudah digunakan oleh raja atau pemuka agama dahulu kala untuk membujuk warganya agar menerima otoritas mereka, di antaranya melalui komunikasi interpersonal, pidato, seni, sastra, pertunjukan-pertunjukan, publikasi, dan sebagainya.
Pada abad-abad setelah Masehi teknik-teknik serupa juga digunakan oleh pemimpin agama, raja, penjelajah, dan pedagang. Pada abad ini ide menggunakan segala bentuk dan media komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain bukanlah hal yang baru. Hal tersebut dibuktikan melalui pemakaian kata propaganda yang sering dihubungkan dengan PR yang pertama sekali digunakan di abad ke-17 oleh gereja Katolik yang ditandai dengan pendirian College of Propaganda oleh Paus Gregory XV yang bertujuan untuk melatih misionaris-misionaris yang akan dikirim ke luar negeri.
Prinsip Public Relations telah pula dilakukan oleh orang-orang Yunani dan Romawi dengan dasar-dasar vox populi (suara rakyat) dan republica (kepentingan umum). Pada zaman keemasan negaranya Olimpic Games, Dionysian Festivals, dan upacara-upacara keagamaan lainnya telah menggalakkan saling tukar pendapat dan perkembangan semangat dan kesatuan nasional.
Kota-kota di Yunani semakin mencerminkan opini publik. Para pemimpin semakin sadar akan hubungan mereka dengan rakyatnya melalui apa yang sekarang dianamkan public relations.
Demikian pula orang-orang Romawi, telah memiliki konsep opini publik dan Public Relation melalui pontifexmaximus (Imam Agung)) yang mencatat segala pemberitahuan atau kejadian pada annals (papan tulis atau papan pengumuman yang dipampangkan di rumah Imam Agung), di mana rumores, vox populi atau res publicae (peristiwa-peristiwa umum dan penting) dari SPQR (pemerintahannya atau Dewan Kerajaan dan Rakyat Romawi) disiarkan kepada umum.Kemudian oleh Mahajara Caesar annels itu diganti dengan acta diurnal (peristiwa sehari-hari yang dicatat dalam papan tulis) yang dipasang di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Publik relation modern muncul melalui perkembangan tiga fungsi utama PR, yaitu agen pemberitaan, publisitas, dan konseling. Tokoh-tokoh pahlawan dalam mitologi atau sejarah digunakan untuk menarik perhatian orang. Pada abad 19, para pebisnis maupun politikus di Amerika menggunakan tokoh-tokoh fiktif maupun nyata, seperti John Henry, Daniel Boone, Davy Crockett, Buffalo Bill, Annie Oakley, dan sebagainya untuk mempengaruhi dan menarik perhatian publik. Tokoh yang dianggap master of pseudoevent adalah PT Barnum, seorang pemilik sirkus di Amerika pada abad 19.
Perang Dunia I dan II juga ikut berpengaruh dalam perkembangan PR. Menjelang masuknya Amerika dalam Perang Dunia I, pemerintah AS mendirikan Creel Committee, sebuah komite yang bertugas menyebarluaskan ide-ide nasionalisme di kalangan rakyat Amerika dan mempengaruhi opini publik dunia tentang perlunya perdamaian dan demokrasi dalam hubungan antar bangsa. Selama Perang Dunia II, pemerintah Amerika mendirikan Office of War Information (OWI), suatu badan yang tujuan utamanya menggalang dukungan rakyat Amerika dan dunia untuk memenangkan perang. Dalam perkembangan selanjutnya, PR menjadi bagian yang sangat penting dalam dunia bisnis, politik maupun sosial.  Beberapa tokoh pelopor public relation Amerika selain Ivy Lee, antara lain adalah Benjamin Sonnenberg, Rex Harlow, dan Leone Baxter.
Di Jerman, awal PR modern dapat dilacak melalui dokumen yang ditulis oleh Alfred Knupp, pendiri Krupp Company, tahun 1866, berisi gagasan tentang komunikasi antara perusahaan dengan publik melalui media masa (koran) dan perlunya suatu badan atau orang dalam perusahaan yang mengelola masalah ini.  Usaha tersebut direalisasikan Friederich Alfred Knupp, putra Alfred Knupp pada 1983 dengan mendirikan suatu biro pemberitaan yang kemudian menjadi bagian dari manajemen perusahaan. Kesuksesan Alfred Knupp ini kemudian diikuti oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Perkembangan PR di Inggris dipelopori oleh Marconi Company yang mendirikan sebuah departemen pada 1910 yang bertugas memberikan press release tentang pencapaian perusahaan. Konseling PR profesional yang pertama dikenalkan pada 1924 dengan mendirikan Editorial Services Ltd. Dua media yang sangat penting dalam perkembangan public relation di Inggris adalah Reuter dan British Broadcasting Company (BBC). Di Australia, public relation pertama sekali dikenalkan Jenderal Douglas MacArthur pada 1942. Staf-staf yang terampil dan terlatih dipekerjakan untuk menyebarkan citra dan kebijakan perang MacArthur. Perkembangan industri ikut memicu berdirinya Public Relation Institue of Australia (PRIA) tahun 1960.
Sejarah perkembangan Public Relations di dunia dibagi dalam beberapa periode berikut ini :
1.      PR as non organized activity periode ( Periode tahun 1700 – 1800 )
Periode dimana public relations muncul dalam bentuk aktivitas yang tidak terorganisasi dengan baik, dikala itu banyak diwarnai dengan kegiatan penyatuan pendapat rakyat umum untuk kemerdekaan/kebebasan dari perbudakan dan sistem kolonialisme yang melanda dunia.Kegiatan diwarnai dengan acara yang sederhana, penyelenggaraan pidato, pertemuan dan korespondensi antarindividu. Banyaknya deklarasi kemerdekan membuat periode ini disebut juga dengan periode “Public of Independence”
2.      Periode tahun 1801 – 1865 ( PR as organized activity periode)
Seiring dengan adanya kemajuan atau perkembangan bidang industri, keuangan, perdagangan dan teknologi. Aktivitas Public Relations mulai terorganisasi dengan baik, hal ini dapat dilihat dari Pesatnya perkembangan hubungan perdagangan lokal, nasional maupun internasional.Periode ini disebut masa perkembangan aktivitas PR ( PR of expansion) karena keberhasilan aktivitas PR/Humas dan pers yang mengkampanyekan anti perbudakan di kawasan negara – negara Eropa, Amerika, dan negara maju lainnya.
3.      PR as professional ( Periode tahun 1866 – 1900 )
Pada masa ini, aktivitas PR berubah bentuk menjadi suatu kegiatan profesional. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dari kemajuan teknologi industri berupa meluasnya penggunaan listrik dan mesin pembakaran  (internal combustion engine).PR dimanfaatkan para robber barons (tuan tanah perampok) untuk kegiatan bisnisnya yang menganut asas laissez faire, sistem ekonomi monopoli yang tidak memperdulikan nasib rakyat/pekerjanya.Karena itu, Public Relations pada masa ini disebut masa the public to be damned periode (1811 – 1900).

4.      Public be informed periode ( Periode tahun 1901 – 1919 )
Aktivitas Public Relations pada masa ini adalah melakukan investigative reporting (reportase investigasi) untuk melawan para petani, populis, kristiani, sosialis dan serikat buruh yang memprotes keras tindak kejahatan yang dilakukan oleh para usahawan, politisi tidak bermoral serta koruptor. Mereka mengupah wartawan untuk membalas perlawanan tersebut dengan mempengaruhi berita yang dimuat di media massa.
Tercatat dalam sejarah Public Relations. Pada tahun 1906 seorang paktisi dan sekaligus tokoh Public Relations Amerika Serikat Ivy Ledbetter Lee, berhasil mengatasi krisis pemogokan massal yang melumpuhkan kegiatan industri pertambangan batu bara  dan perusahaan kereta api Pennsylvania Rail Road melalui strategi Management of PR Handling and Recovery. Dia berkerja sama dengan pihak pers yang mengacu pada Declaration of Principles.
5.      The Public Relations and mutual understanding periode ( Periode tahun 1920 – sekarang )
Pada tahun 1923 PR/Humas dijadikan bahan studi, pemikiran dan penelitian di perguruan tinggi sebagai sebuah profesi baru. Perkembangan sekarang ini menunjukan adanya penyesuaian, perubahan sikap, saling pengertian, saling menghargai dan toleransi di berbagai kalangan organisasi dan publik.
Disamping ini semua sejarah perkembangan Public relations bisa dilihat dari beberapa gambaran kronologi seperti berikut ini;
1.     Abad ke-19     : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan  Ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.    1865-1900       : Publik masih dianggap bodoh
3.    1900-1918       : Publik diberi informasi dan dilayani
4.    1918-1945       : Publik diberi pendidikan dan dihargai
5.    1925                : Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
6.   1928                : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata kuliah wajib.  Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu.
7.    1945-1968     : Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
8.    1968                : Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu.

Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1.      1968-1979       : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek saja
2.      1979-1990       : Profesional/internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas

1.3 Sejarah dan Perkembangan Public Relation di Indonesia
Menurut Onong Uchjana Effendy (1991: 12), public relations di Indonesia dimulai sejak tahun 1950. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi.
Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia atau Asia. Public Relations awalnya digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade Korea Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988, dan  lain-lain. Olimpiade yang diselenggarakan oleh tuan rumah Korea Selatan di tahun 1988 menggunakan salah satu jasa konsultan PR. Olimpiade adalah suatu event international menyita perhatian semua orang bahkan samapai saat ini. Sebagai tuan rumah, Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan eksitensi dirinya yang memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk memasarakan produk – produknya. Dalam kaitan inilah PR berfungsi. Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public Relations dipahami dan digunakan oleh pihak–pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya. (Iwan Awaluddin Yusuf)

a.    Perkembangan Public Relation Pada Masa Kerajaan
Pada dasarnya praktik public relation sudah ada di Indonesia sebelum kedatangan Belanda. Hal ini terbukti bahwa, pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia yaitu pada masa kerajaan Mataram dimana adanya usaha penembahan Senopati untuk menyebarkan ”gosip” bahwa keturunannya akan menjadi pasangan dan lindungan Nyai Roro Kidul. Menurut salah satu versi sejarah, usaha itu dimaksudkan untuk menyaingi pengaruh pada adipati di pesisir utara Jawa yang kekuasaannya drestui oleh para Sunan atau Wali yang sangat disegani.

b.    Perkembangan Public Relation Pada Masa Kemerdekaan
Ketika merumuskan konstitusi, ada banyak jurnalis atau wartawan yang menunggu kelanjutan peritiwa setelah proklamasi kemerdekaan sehari sebelumnya. Akhirnya pertemuan itu ditunda untuk memilih presiden dan wakil presiden pertama Indonesia dan diumumkan kepada para jurnalis yang ada. Itu, fase media relations yang penting.
Ketika perang kemerdekaan, adalah Soedarpo Sastorsatomo yang mengelola media relations sebagai Menteri Penerangan. Ia mengelola media relations di dalam negeri hingga mendukung diplomasi di PBB, termasuk untuk mengemas citra Indonesia di luar negeri. RRI juga disebut sebagai bagian dari aktivitas public relation ketika mengeluarkan program siaran luar negeri, yang kini pemancarnya ada di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Ada pula upaya untuk membantu India dalam mengatasi kelaparan dalam Program Rice for India, sekalipun Indonesia belum memiliki surplus beras.

c.    Perkembangan Public Relation Pada Masa Orde Baru
Setelah perang kemerdekaan, mulai berdatangan beberapa perusahaan minyak diantaranya Shell, Stanvac, Caltex. Sebagai perusahaan multinasional, mereka memiliki organ bernama public relation. Dimana S. Maimoen, R Imam Sajono dan Soedarso yang di tahun 1950-an mulai dikenal sebagai PR Officer yang berlatar belakang dari kalangan jurnalistik. Tahun 1954, Garuda Indonesian Airways mulai mengembangkan unit public relation. Di tahun 1955, Mabes Polri menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki unit public relation. Kemudian diikuti oleh RRI. Sekalipun demikian, beberapa angkatan bersenjata juga memiliki unit informasi yang dibawa kontrol presiden waktu itu. Di tahun 60-an, istilah ”purel” sebagai akronim public relations makin populer digunakan ketimbang term kehumasan.
Konsultan public relation “Pertama” Adalah PT Inscore Zecha yang dipimpin M. Alwi Dahlan tercatat sebagai konsultan public relation pertama yang berdiri di Indonesia tahun 1972. Kebanyakan mereka mengelola kepentingan publisitas dalam bentuk iklan. Sejak tahun 1970, sekitar 20 tahun national Development Information Office mendukung pengelolalaan public relation pemerintah RI untuk dunia internasional.Universitas Padjajaran menjadi universitas pertama yang membuka  Fakultas Public Relations di tahun 1964 dengan ibu Oemi Abdulrachman yang menjadi dekannya. Setelah itu, banyak berkembang pendidikan public relation dalam bentuk program studi hingga pendidikan di tingkat diploma. Tanggal 15 Desember 1972 merupakan momen deklarasi asosiasi public relation Indonesia yaitu Perhumas yang dihadiri oleh beberapa PRO perusahaan minyak dan konsultan serta akademisi term Asosiasi PR.
Di tahun 1974 posisi unit public relation dalam organisasi pemerintah sudah mulai dipegang pejabat eselon III. Beberapa tahun kemudian meningkat menjadi eselon II. Karena itulah di tahun 1974 ada Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) yang diketuai Direktur Humas Pembangunan Menteri Penerangan.
Dalam pertemuan di Kuala Lumpur, 26 Oktober 1977, Perhumas bersama asosiasi humas di negara-negara ASEAN bergabung dalam Federasi Organisasi public relation ASEAN dan menggelar Kongres PR Asean pertama di tahun 1978 di Manila. Pada tanggal 10 April 1987, Asosiasi Perusahaan public relation Indonesia dibentuk suatu wadah profesi Humas yg disebut APPRI ( Assosiasi Perusahaan Public relation Independen ) yang mempunyai tujuan :
1. Mewujudkan fungsi PR yang jujur,Bertanggung jawab sesuai dengan kode etik
2. Memberi Informasi terhadap Klien bahwa APPRI memberi Nasehat dalam PR
3. Mengembangkan kepercayaan umum atas public relation
Dan kemudian tanggal 11 November 2003, tercatat sebagai kelahiran PR Society Indonesia.
Public Relations (PR) secara konsepsional dalam pengertian “State of Being “ di Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an, Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif marak dilakaukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui“ Who we are, and what should we do,first? “. Oleh sebab itu, dibentuklah Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kata lain, tidak menyeluruh.
Dengan alasan demikian, pada tahun 1962 , dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.
Namun, tidak berhenti disitu saja, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang merupakan terjemahan dari Public Relations. Maka tak heran, kita sering menemui penggunaan sebutan “ Direktorat Hubungan Masyarakat” atau “Biro Hubungan Masyarakat” bahkan “ Bagian Hubungan Masyarakat “ sesuai dengan ruang lingkup yang dijangkau.
Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of communication, maka istilah Humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat itu, hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya menyebarkan press release ke massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations. Itulah yang dialami oleh Indonesia, yang ternyata lupa akan aspek secara hakiki dari PR itu sendiri. Seperti, Pertama, Sasaran PR adalah public intern (internal publik ) dan public ekstern (Eksternal Publik). Internal Publik adalah orang-orang yang berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga jendral manager. Eksternal Publik ialah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya. Seperti Kantor Penyiaran, PR harus menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi penyiaran Indonesia, sebagai organisasi yang berhubungan, selain itu dengan berbagai macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas, sebagai calon pembuatan relasi kerja sama.
Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah( reciprocal two ways traffic communications ). Artinya, dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik.
Ternyata, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “ PR Sejati “. Sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.
Bapak Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan Public Relations di Indonesia menjadi 4 periode, yaitu :
a. periode 1 ( tahun 1962 )
Secara resmi di jelaskan bahwa Humas di Indonesia lahir melalui presidium kabinet PM juanda. Di dalamnya di jelaskan pula secara garis besar tugas ke humasan dinas, yaitu;
a. Tugas Strategi untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan oleh pemimpin hingga pelaksanaannya
b.Tugas Taktis untuk memberikan informasi, motivasi, pelaksanaan komunikasi timbal balik dua arah supaya tercipta citra atas lembaga yang diwakili.
b.    Periode tahun 1967-1971
Pada periode ini terbentuklah Badan Koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS) dengan tata kerja pelaksanaannya antara lain; Ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dalam pembangunan khususnya dibidang penerangan dan kehumasan, pembinaan dan pengembangan kehumasan. Tahun 1967 berdiri koordinasi antara humas departemen yang disingkat “Bakor” dan pada tahun 1970-1971 bakor diganti menjadi “Bakohumas” yang diatur melalui SK Menpen No. 31/kep/menpen/tahun 1971. Kerjasama ini menitik beratkan pada pemantapan koordinasi intergrasi dan singkronisasi dalam operasi penerangan dan kehumasan.
c.    Periode tahun 1972-1993
Periode ini di tandai dengan munculnya Public Relations kalangan profesional pda lembaga swasta umum dengan indikator sebagai berikut;
a.   Pada tanggal 15 Desember 1972, berdiri organisasi yang disebut Perhimpunan Hubungan masyarakat Indonesia (PERHUMAS) sebagai wadah profesi humas oleh kalangan praktisi swasta dan pemerintah seperti; Wardiman Djojonegoro (mantan mendiknu) dan Marah Joenoes (matan Kahupnas pertamina). Pada konvensi nasional humas di Bandung akhir tahun 1993 lahirlah Kode Etik Kehumasan Indonesia yang disebut “KEKI”. Perhumas juga tercata sebagai anggota internasional public relations assosiation (IPRA) dan ASEAN PRO (FAPRO).
b.  Pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta terbentuk Assosiasi Perusahaan Public Relatios (APPRI) dengan beberapa tujuan untuk mewujudkan PR yang independen, seperti;
1. Mewujudkan fungsi Public Relations yang jujur dan bertanggung jawab  dengan kode etik
2.  Memberi informasi terhadap klien bahwa APPRI memberi nasehat dalam public relations.
3.  Mengembangkan kepercayaan umum terhadap public relations.
d.  Periode 1993-sekarang
Public relations berkembang di kalangan swasta bidang profesional khusus dengan indikator sebagai berikut;
a.  Pada tanggal 27 November 1995, terbentuk himpunan Humas Berbintang (H-3). Himpunan ini di peruntukkan sebagai wadah organisasi profesi HUMAS bidang  jasa perhotelan, berkaitan erat dengan organisasi PHRI (perhimpunan Hotel dan Restoran di Indonesia).
b.  Tanggal 13 september 1996, diresmikannya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan (FORKAMAS) oleh gibernur BI Soedradjad Djiwandono. Forum ini resmi bagi para pejabat HUMAS (Public Relations Officer), baik bank pemerintah (HIMBARA), swasta (PERBANAS), dan asing yang beroperasi di bidang jasa perbankan di Indonesia.
c.  Keluarnya SK BAPEPAM No. 63/1996, tentang wajibnya pihak emitmen (perusahaan yang go public) di pasar Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya yang memiliki lembaga Secretary.
d. Berdirinya PRSI (Public Relations Society of Indonesia) pada tanggal 11 November 2003 di jakarta. Ini menyerupai PRSA (Pubic Relations society of Amerika), sebuah organisasi profesional yang bergengsi dan berpengaruh serta mampu memberikan sertifikasi akreditasi PR profesional (APR) di Amerika yang di akui secara internasional.
e.  PRSI atau masyarakat PR Indonesia (MAPRI) pertama kali di pimpin oleh August Parengkuan seorang wartawan senior harian kompas da mantan ketua perhumas-Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah meningkatkan kesadara, kepedulian, kebersamaan, pemberdayaan serta partisipasi para anggotanya untuk berkiprah sebagai PR professional dalam aktivitas secara nasional maupun internasional.
Meski dikatakan PR di Indonesia berkembang cukup pesat namun Public Relations di Indonesia sendiri lupa akan hakikinya. Seperti yang terdapat dalam sasaran PR yaitu Internal dan Eksternal Public. Namun sekarang, PR lebih intens terhadap eksternal public selain itu PR juga merupakan komunikasi dua arah (Reciprocal two ways traffic communications). Artinya, dalam PR penyampaiannya public relations di harapkan untuk menghasilkan umpan balik sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi evaluasi.
Pada periode pertama public relations di Indonesia secara struktural belum banyak yang bisa ditempatkan dalam top management karena orientasinya belum bisa dikatakan sebagai “PR Sejati” sebab berbeda dengan pengertian konsep PR yang di terapkan oleh Ivy L.Lee. Namun, meskipun begitu hingga kini perkembangan-perkembangan PR terus ada dan di Indonesia juga berkembang hingga bisa dikatakan “PR Sejati” hal ini merupakan akibat dari perkembangan teknologi yang membawa perubahan.
Sehingga kini, dapat disinkronisasikan dengan rumusan fungsi PR dari Departemen Penerangan R.I, yaitu;
1.      Melaksanakan Hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “Internal Public” yaitu para karyawan.
2.      Melakukan hubungan ke luar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal mengenai Departemen Penerangan terhadap “External Public” yaitu masyarakat pada umumnya.
3.      Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan Kehumasan sebagai medium penerangan.
4.      Meyelenggarakan Koordinasi Integrasi dan Sinkronisasi serta kerjasama kegiatan Hubungan Masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan penerangan terhadap umum.
Dari beberapa keterangan bisa disimpulkan bahwa sejarah perkembangan PR di Indonesia terus berkembang hingga saat ini dan tidak memperkecil kemungkinan kalau PR di Indonesia akan terus mengalami perubahan secara signifikan dari tahun ke tahun.

1.4       Pelopor dan Tokoh PR di Dunia
Ivy Ledbetter Lee, lulusan dari Princeton, adalah wartawan yang meliput dunia bisnis. Setelah lima tahun menjadi wartawan, pada tahun 1903 Lee berhenti dari pekerjaannya yang bergaji kecil di World untuk bekerja pada kampanye Seth Low menjadi walikota New York. Pekerjaan itu menuntunnya bekerja sama dengan George F. Parker di bidang biro pers bagi Komite Nasional Demokrat selama kampanye Presiden 1904 (Cutlip, Center & Broom, 2005: 96).
Lee dan Parker sempat membentuk kemitraan the Parker and Lee, yang ditutup pada tahun 1908, karena Ivy Lee menjadi agen publisitas pertama bagi Jawatan Kereta Api Pensylvania.
Lee, sewaktu dipekerjakan George F. Bear pada kasus pemogokan batubara anthracide (yang sulit panas) tahun 1906, menerbitkan "Deklarasi Prinsip-prinsip" yang dikatakan oleh Eric Golfman bahwa deklarasi ini "menandai kemunculan kehumasan tahap kedua. Publik tidak lagi diabaikan pada cara bisnis tradisional, tidak pula dibodohi pada cara agen pers yang tetap berlangsung hingga sekarang."
Deklarasi Lee lalu dikirimkan melalui pos ke seluruh editor kota, yang bunyinya sebagai berikut:
”Ini bukan biro pers rahasia. Seluruh pekerjaan kami dilakukan dalam suasana keterbukaan. Tujuan kami memasok berita. Ini bukan agen periklanan; jika anda pikir jenis tulisan ini harus secara tepat masuk ke kantor anda, jangan gunakan tulisan itu. Tulisan kami akurat. Rincian lebih lanjut atas pokok bahasan apa saja yang dibahas akan disediakan dengan segera, dan editor siapa saja akan dibantu dengan sangat gembira, guna memverifikasi secara langsung pernyataan fakta apa saja ... Ringkas kata, secara sopan dan terbuka, atas nama permasalahan dunia bisnis dan lembaga publik, rencana kami adalah memasok ke pers dan publik Amerika Serikat informasi yang cepat dan akurat mengenai pokok masalah yang dianggap bernilai dan menarik perhatian publik untuk mengetahuinya.”
Meskipun para wartawan diijinkan meliput pemogokan tersebut, Lee memberikan laporan baru setelah dilakukan rapat pemogokan. Lee adalah salah seorang yang pertama menggunakan sistem handout (sekarang dinamakan press release atau news release) dalam skala besar.
Selama periode ini, Lee menggunakan istilah "publisitas" untuk menggambarkan apa yang sekarang dinamakan hubungan masyarakat atau PR; konsep itu dan kesuksesan Lee tumbuh cepat. Pada December 1914, berdasarkan saran Arthur Brisbane, Lee dipilih sebagai penasihat pribadi John D. Rockefeller Jr. Kelompok Rockefellers sedang diserang keras karena kegiatan tetap-bekerja pada saat terjadi pemogokan pada Colorado Fuel dan Iron Company milik mereka. Lee melayani Rockefeller hingga kematiannya pada 1934.
Ivy Lee melakukan banyak pekerjaaan yang menjadi pekerjaan dasar praktek kontemporer. Meskipun dia tidak menggunakan istilah PR hingga setidaknya 1919, Lee menyumbangkan banyak teknik dan prinsip yang diikuti oleh para praktisi sekarang. Lee mendorong pertumbuhan departemen publisitas dan melatih penasihat publisitas di banyak lembaga. Selama 31 tahun dia berkecimpung di bidang kehumasan. Lee mengubah lingkup atas bidang yang dikerjakannnya dari "keagenan murni" ke menjadi "pemikir yang dipercaya untuk diajak bekerja sama oleh dunia bisnis."
Rekor Lee, meskipun sangat besar, tidak bebas dari kritik. Sewaktu dia meninggal, dia diberhentikan dari pekerjaan sebagai perwakilan the German Dye Trust, yang dikendalikan oleh I. G. Farben. Lee menjadi penasihat kartel itu setelah Adolf Hitler berkuasa di Jerman dan Nazi mengambil alih kendali. Lee dibayar fee tahunan $25.000 dan ganti atas pengeluaran (jumlah yang besar pada saat itu) oleh perusahaan Farben dari ketika dia pensiun pada 1933 hingga perusahaannya menghentikan pelanggan itu segera setelah kematiannya pada 1934.
Rex F. Harlow, adalah orang yang berpengalaman dan mengetahui perlunya jasa publisitas di bagian lain AS. Rex F. Harlow memulai karirnya pada 1912 di Oklahoma City ketika dia dipekerjakan oleh kakak laki-lakinya untuk mempromosikan Harlow's Weekly. Pada 1980-an Harlow menjalani dan membantu membentuk praktek kehumasan sekarang ini. Sewaktu mengajar di Universitas Stanford pada 1939, dia mulai mengajar mata kuliah kehumasan dan mendirikan the American Council on Public Relations (ACPR).
Pada 1945 dia membuat majalah bulanan "Public Relations Journal", yang diterbitkan hingga 1995 oleh the Public Relations Society of America (PRSA). Organisasi ini dibentuk pada 1948 sewaktu ACPR milik Harlow merger dengan the National Association of Public Relations Council. Harlow meninggal 16 April 1993, pada usia 100 tahun.
Praktik kontemporer kehumasan pertama kali muncul sebagai tindakan defensif, tetapi Perang Dunia I memberinya suntikan ofensif. Presiden Woodrow Wilson, yang sangat sadar akan pentingnya opini publik, membentuk the Commite on Public Information (CPI) - sering disebut sebagai the Creel Commitee. The CPI harus memobilisasi opini publik dalam rangka mendukung upaya perang dan sasaran damai Wilson di negeri yang opininya cukup terpecah-pecah ketika perang diumumkan. George Creel dipilih sebagai pemimpinnya.
George Creel beserta CPI memperlihatkan yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya mengenai kekuatan publisitas untuk memobilisasi pendapat. Creel tidak memiliki manual kampanye yang dapat dia jadikan pedoman. Dia berimprovisasi ketika dia melakukan tugas itu. Contohnya, dia tidak memiliki radio atau televisi nasional untuk menjangkau AS secara cepat, karenanya dia menciptakan the Four Minuteman, jaringan relawan yang meliput sejumlah 3.000 counties (kabupaten) di AS. Para relawan itu, yang disiagakan via telegram dari Washington, akan berpencar dalam rangka berbicara dengan sekolah, gereja, klub jasa, dan perjumpaan massa lainnya. Menjelang akhir perang mendekati 800.000 pesan empat menit itu telah dikirimkan ke sebanyak 400.000 orang. Upaya CPI yang dikepalai oleh Creel dan Carl Byoir ditulis riwayatnya secara urut pada karya Creel How We Advertised America dan karya Mock dan Larson, "Words That Won the War".
Creel menggabung-gabungkan dengan brilian dan terampil kelompok wartawan, cendekiawan, agen atau orang pers, editor, artis, dan juru manipulasi simbol opini publik lainnya menjadi Amerika bersatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam rangka mencapai sasaran tunggal. Lingkup yang menakjubkan atas keagenan besar beserta kegiatannya tidak akan tertandingi hingga kemunculan diktator totaliter setelah perang itu. Creel, Byoir, dan para mitra kerja mereka merupakan penasihat kehumasan bagi pemerintah AS, yang lebih dahulu menyampaikan ke penduduk negeri itu dan kemudian ke orang di tempat yang jauh mengenai gagasan yang memberikan kekuatan motivasi atas keadaan perang yang dilaksanakan 1917-1918.
Carl Byoir.
The Creel Commite melatih banyak praktisi yang memanfaatkan pengalaman mereka sewaktu perang dan membuat mereka mampu memanfaatkan panggilan kerja yang menguntungkan. Di antara mereka adalah Carl Byoir dan Edward L. Bernays. Byoir, yang pada usia 28 telah menjadi mitra kerja yang memimpin the CPI, setelah perjalanan satu dasawarsa ke bentuk-bentuk usaha lain yang didirikan pada 1930 yang kemudian menjadi salah satu perusahaan kehumasan terbesar di AS hingga perusahaan itu diakuisisi oleh keagenan periklanan the Foote, Cone, & Belding pada 1978. Bernays, yang memiliki peran kecil di the CPI, mulai 1920-an menjadi salah satu orang yang mendefinisikan bidang profesi kehumasan dan penganjur kehumasan yang tidak mengenal lelah.
Edward L. Bernays dan Doris E. Fleischman. Salah satu pesaing Ivy Lee dalam mendapatkan pengaruh dan bisnis pada era 1920-an adalah Edward L. Bernays. Sebelum Perang Dunia I, Bernays pernah bekerja sebagai agen pers. Semasa bekerja untuk Creel Committee selama perang, pikirannya selalu sarat dengan mimpi tentang kemungkinan mendapatkan pekerjaan tetap dari apa yang disebutnya sebagai "rekayasa persetujuan publik.” Bemays dianggap berjasa dalam menemukan istilah "public relations counsel" dalam "Crystalizing Public Opinion", buku pertama tentang PR pada 1923.
            Ia merintis lebih banyak bidang baru ketika memberi kuliah PR pertama di New York University. Bernays melanjutkan perannya sebagai pengarang, dosen, advokat, dan kritikus hingga memasuki dekade 1990-an. Majalah Life mencanturnkan Bernays dalam edisi khusus 1990, "The 100 Most Important Americans of the 20th Century." Ia meninggal dunia pada 9 Maret 1995 pada usia 103 tahun.
Bernays menikah dengan Doris E. Fleischman pada 1922. Mereka bersama-sama mengelola firma Edward L. Bernays, Counsel on Public Relations, hingga resmi pensiun dari praktek aktif pada 1962. Sang isteri meninggal pada 1980. Mereka memberi konsultasi bagi perusahaan-perusahaan besar, badan pemerintahan, dan Presiden AS mulai dari Calvin Coolidge hingga Dwight Eisenhower, dengan Bernays sebagai bintang dalam sebagian besar tugas. Meski dipandang sebagai mitra sejajar Bernays dalam perusahaan, dengan menciptakan jurnal hubungan masyarakat pertama dan bekerja sama dengan Bernays dalam mengembangkan istilah public relations counsel, Fleischman berjuang untuk persamaan profesional karena ia seorang wanita.
Fleischman merupakan feminis muda yang setelah menikah dengan Bernays tetap memakai nama belakangnya sendiri jauh sebelum hal ini dapat diterima masyarakat. Selama tiga dekade Fleischman mendaftarkan diri di hotel, dan dua kali di rumah sakit bersalin, sebagai "Nona Doris E. Fleischman," dan pada 1925 ia menerima paspor AS untuk wanita menikah dengan nama belakangnya sendiri. Nama itulah yang dipakainya dalam buku 1928 yang disuntingnya untuk karier bagi wanita, juga di artikel tujuh majalah dan bab-bab buku yang diterbitkannya antara 1930 dan 1940.
Buku Bernays terbit menyusul "Public Opinion" karya Walter Lippman yang terbit pada 1922, sebagai buku yang mencerminkan peningkatan perhatian terhadap kekuatan dan hakikat opini masyarakat. Pada tahun-tahun sebelum 1917, hanya ada 18 buku tentang opini masyarakat dan publisitas yang diterbitkan. Setidaknya ada 28 judul yang muncul antara 1917 dan 1925.
Perhatian para cendekiawan juga bermuasal dari periode ini. Ilmuwan sosial mulai mengeksplorasi hakikat opini masyarakat dan peran komunikasi massa dalam pembentukannya. Walaupun metode pengukuran opini belum muncul sebelum era 1930-an, karya pasca perang ilmuwan sosial banyak berperan dalam perkembangan riset pasar, jajak pendapat opini masyarakat, dan ilmu komunikasi.
John W. Hill. Meski terjadi ledakan ekonomi dan pertumbuhan media yang pesat, hanya ada enam firma PR dalam daftar pelanggan telepon Manhattan pada 1926. Pada 1927, John W. Hill, jurnalis dari Cleveland, membuka firma di kota itu. Pada 1933, ia membentuk kemitraan dengan Don Knowlton, dan tidak lama setelah itu ia pindah ke New York untuk mendirikan Hill and Knowlton, Inc. Knowlton tetap mengelola kantor di Cleveland. Kedua firma yang hanya dihubungkan oleh kepemilikan yang tumpang tindih itu beroperasi secara independen hingga 1964, ketika Knowlton pensiun dan perusahaan di Cleveland dijual kepada perusahaan penerusnya. Hill meninggal dunia pada 1977.
Pada 1980, JWT Group, perusahaan induk pemilik biro iklan J. Walter Thompson Company, mengakuisisi Hill and Knowlton sebesar US$28 juta. Kelompok usaha JWT diambil alih oleh konglomerat Inggris WPP Group, London, pada 1989.
Hill lama dipandang sebagai perintis konsultan PR yang etis dan dihormati. Peran Hill dalam membantu perusahaan-perusahaan tembakau besar dari Komite Riset Industri Tembakau (FIRC) mengancam legalitasnya. Atas rekomendasi Hill, para presiden perusahaan tembakau besar sepakat untuk mendanai TIRC, sementara Hill memperjuangkan perang tembakau mewakili industri rokok hingga ia pensiun dari Hill & Knowlton pada 1962. Selama kehidupan profesionalnya Hill menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki integritas dan prinsip dengan komitmen terhadap tulisannya. Kalau perusahaan klien yang ada mengadopsi kebijakan yang diyakini konsultan bukan merupakan kepentingan masyarakat, ia akan menasihati mereka untuk menentangnya. Jika integritas ada di tangannya, bersiaplah untuk kehilangan account apabila klien bersikap bertahan. Ketika ditanya langsung tentang perannya dalam pembentukan TIRC dan dalam PR tembakau, pada 1966 Hill menanggapi, "Saya menolak untuk mengomentari masalah ini mengingat account ini bersifat aktif dan sangat sensitif," dan tidak menutupi account tembakau Hill & Knowlton dalam riwayat hidupnya pada 1963, "The Making of Public Relations Man". Tetapi lama setelah Hill meninggal dunia, ada sedikit keraguan akan perannya dalam menciptakan garis depan PR bagi industri tembakau.
Meskipun John Hill sudah memenangkan pertarungan yang sangat duniawi itu, nyatanya ia memang merupakan kekuatan yang menuntun pembentukan Komite Riset Industri Tembakau yang kemudian menjadi Institut Tembakau. Dengan demikian Hill harus bertanggung jawab atas "rencana yang disusun dan dijalankan dengan brilian" yang dengan menggunakan biaya berjuta kesehatan warga Amerika membantu kepentingan egois industri tembakau.
Arthur W. Page. Di antara para perintis yang membentuk praktek PR saat ini, Arthur W. Page ada di deretan terdepan. Page membangun tiga karier bisnis yang berhasil, namun ia masih punya waktu untuk menyumbang bakat bagi banyak upaya layanan publik. Ia menjadi penulis dan redaksi World's Work Magazine dan terbitan berkala lainnya dari Doubleday, Page and Company mulai 1905 hingga 1927. Lalu ia menerima tawaran Walter Gifford untuk menjadi wakil presiden American Telephone and Telegraph Co. menggantikan James D. Ellsworth. Sejak awal Page sudah menegaskan bahwa ia hanya akan menerima jabatan itu dengan syarat tidak difungsikan sebagai orang publisitas, mempunyai suara dalam penentuan kebijakan, dan kinerja perusahaan menjadi penentu reputasi puliknya. Falsafah Page terangkum dalam pernyataannya:
Page pensiun dari AT&T pada 1947, setelah mengintegrasi konsep dan praktek PR ke dalam Sistem Bell. Sejak saat itu hingga wafatnya pada 1960 dalam usia 77 tahun, ia memberikan layanan konsultasi bagi banyak perusahaan besar dan menyumbangkan banyak waktu untuk layanan pemerintah, pendidikan tinggi, dan badan-badan lainnya. Tetapi jejaknya dalam PR merupakan karyanya ketika bekerja di AT&T. Ajaran dan prinsipnya tidak hanya bertahan pada perusahaan-perusahaan yang dahulu merupakan bagian dari AT&T (pecah pada 1984), melainkan diperbaharui dan dimasyarakatkan oleh Arthur W. Page Society. Keanggotaan perhimpunan yang didirikan pada 1983 ini utamanya mencakup eksekutif hubungan masyarakat senior, konsultan terkemuka, dan tokoh-tokoh hubungan masyarakat lainnya. Menurut kepustakaan Page Society,
Page mempraktekkan enam prinsip PR:
Katakan yang sebenarnya. Biarkan masyarakat tahu apa yang terjadi, dan berikan gambaran yang akurat tentang karakter, idealisme, dan praktek perusahaan.
Buktikan dengan tindakan. Persepsi masyarakat tentang organisasi 90 % ditentukan oleh perlakuan dan 10% oleh pembicaraan.
Dengarkan pelanggan. Untuk memberi layanan yang baik bagi perusahaan, pahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat. Berikan informasi terus-menerus kepada pengambil keputusan puncak dan karyawan lainnya tentang PR bagi produk, kebijakan, dan praktek perusahaan.
Kelola untuk besok. Lakukan antisipasi PR dan kesampingkan praktek yang menciptakan kesulitan. Bangkitkan niat yang baik.
Terapkan PR seolah seluruh perusahaan bergantung padanya. Hubungan korporat merupakan fungsi manajemen. Tidak ada strategi korporat yang boleh diterapkan tanpa mempertimbangkan dampaknya pada masyarakat. Profesional PR merupakan pengambil kebijakan yang cakap, menangani banyak sekali aktivitas komunikasi korporat.
Tetaplah tenang, sabar, dan berselera humor baik. Buatlah landasan kerja bagi keajaiban PR dengan konsisten, tenang, dan perhatian beralasan pada informasi dan kontak. Saat muncul krisis, ingatlah bahwa komunikasi terbaik dihasilkan oleh kepala dingin.
Alice L. Beeman. Pada konvensi 1925, organisasi ini mengambil bentuk baru yang mencerminkan pertumbuhan praktek ini dalam pendidikan tinggi. Lambang pertumbuhannya pada tahun-tahun berikutnya adalah perubahan nama menjadi Asosiasi Publisitas Lembaga Pendidikan Tinggi Amerika pada 1930, menjadi Asosiasi Hubungan Masyarakat Lembaga Pendidikan Tinggi Amerika pada 1964, dan menjadi Dewan untuk Kemajuan dan Dukungan bagi Pendidikan (CASE) pada 1974 setelah bergabung dengan Dewan Alumni Amerika. Penggabungan ini mencerminkan adanya perubahan penekanan pada PR perguruan tinggi, dari publisitas menjadi pengembangan dan pengumpulan dana. CASE diluncurkan di bawah kepemimpinan presiden pertamanya, Alice L. Beeman. Sebelumnya ia merupakan direktur jenderal Asosiasi Amerika bagi Wanita Universitas yang berbasis di Washington, D.C., dan Yayasan Pendidikan AAUW. Posisi barunya sebagai Presiden CASE menjadikan Beeman wanita pertama yang mengepalai badan PR nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 1996. Public Relations. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Ruslan Rosady. 1998. Manajemen PR & Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soemirat, Soleh dan ElvinaroArdianto.2004.Dasar-Dasar Public Relations.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Related Posts

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS DI DUNIA DAN INDONESIA
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
5 Maret 2018 pukul 20.12

www.bunglonmerah.blogspot.com

Reply