KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
PEKANBARU
TUGAS MANDIRI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC
RELATIONS
DI DUNIA DAN INDONESIA
Mata Kuliah Dasar-Dasar Humas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Universitas Riau
Oleh:
SITI MARYAM
NIM.1301110399
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2014
1.1
Pengertian Public Relations Menurut Para Ahli
1. Frank Jefkins
Public Relation adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu
kedalam maupun keluar, antara satu organisasi dengan semua khalayaknya dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling
pengertian’ (Public Relations, Frank Jefkins Revisi Daniel Yadin. 2002 hal 10).
2. Public Relation
adalah kelanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan
bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau
lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill dari publik. (Dasar-dasar
Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007,
hal.12)
3. Edward
L.Berney
Public Relation adalah membujuk publik untuk memiliki pengertian yang
mendukung serta memiliki niat baik. (Everything you should know about public
relations,2003 hal.6)
4. Public Relation
adalah suatu sistem komunikasi untuk menciptakan kemauan baik. (Dasar-dasar
Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007,
hal.13)
5. J.C., Seidel,
Public Relation adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen
untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan public
yang lebih luas. Kedalam mengadakan analisis dan perbaikan diri sendiri,
sedangkan keluar memberikan pernyataan-pernyataan. (Dasar-dasar Public
relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.12)
6. Public Relation
adalah falsafah manajemen yang didalam tiap keputusan dan tindakannya
mendahulukan kepentingan orang lain. (Dasar-dasar Public Relation, Oemi
Abdurrachman,MA, 1986 hal 27)
7. Anthony Davis
Public Relation adalah manajemen komunikasi antara suatu organisasi
dengan publiknya. (Everything you should know about public relations,2003
hal.3)
8. Menurut (British) Institute of Public Relation (IPR)
Public Relation adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan dalam menciptakan dan memelihara niat baik (good-will) dan
saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya’. (Public
Relations, Frank Jefkins Revisi Daniel Yadin. 2002 hal 9)
9. Public Relation adalah suatu fungsi manajemen yang menilai sikap
publik, menunjukan kebijaksaan dan prosedur dari individu atau organisasiatas
dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh
pengertian dan pengakuan dari publik. (Hubungan masyarakat Dan Konsep
Kepribadian, Drs. Muslimin, M.Si, Tahun.2000, Hal.2)
10. Dr. Rex Harlow
Public Relatoin adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung
pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya,
menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian dan kerja sama. (Public Relation,
Frank Jefkins Revisi Daniel Yadin.2002 hal 16)
11.Public Relation adalah
komunikasi yang dilakukan suatu organisasi dengan orang-orang yang
berkepentingan, guna untuk mendapatkan perhatian mereka dengan cara
menguntungkan.(Everything you should know about public relations, Anthony
Davis, 2003 hal.3)
12.Public Relation adalah
profesi yang mengurusi hubungan antara sesuatu unit dan publiknya yang
menentukan hidup unit itu. (Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Prof.Drs.
H.A.W. Widjaja, Tahun. 2002, Hal. 54)
13.Public Relation adalah
suatu sistem komunikasi untuk menciptakan kemauan baik. (Dasar-dasar Public
relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.13)
14.Public Relation merupakan
bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organsasi, baik itu
organisasi yang bersifat komersial(perusahaan) maupun organisasi yang
nonkomersial.(Teori Dan Profesi Kehumasan, M. Linggar Anggoro, 2000 hal1)
15.Public Relation adalah
fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi
dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk memperoleh pengertian, simpati dan
dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan
penelitian opini publik diantara mereka. (Dasar-dasar Public relation, Drs.
Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.14)
16.Public Relation adalah
salah satu bidang ilmu komunikasi pada suatu organisasi/ perusahaan dalam
melaksanakan fungsi manajemen. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh
Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.)
17.Public Relation merupakan
fungsi menejemen yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur
komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi/ perusahaan
dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu
manajemen.(Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro
Ardianto, M.Si, 2007, hal.13)
18.Public Relation adalah
suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat
memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi/
perusahaan. (Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs.
Elvinaro Ardianto, M.Si, 2007, hal.12)
19.Public Relation
yang modern adalah suatu rencana tentang kebijaksanaan dan kepemimpinan yang
akan menanamkan kepercayaan publik dan menambah pengertian mereka. (Dasar-dasar
Public Relation, Oemi Abdurrachman,MA, 1986 hal 26)
20.Public Relation merupakan
suatu usaha yang secara sadar memotivasi agar orang-orang terpengaruh, terutama
melalui komunikasi agar timbul pikiran yang sehat terhadap suatu organisasi,
memberi rasa hormat, mendukung dan bertahan dengan berbagai cobaan dan masalah.
(Dasar-dasar Public relation, Drs. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto,
M.Si, 2007, hal.13)
1.2
Sejarah dan Perkembangan Public Relations
di Dunia
Awal public relation pertama sekali muncul
dapat dilacak melalui peradaban-peradaban besar di masa lalu, seperti
Babylonia, Mesir, Yunani kuno, dan Romawi. Teknik-teknik yang biasa digunakan
dalam PR sekarang sudah digunakan oleh raja atau pemuka agama dahulu kala untuk
membujuk warganya agar menerima otoritas mereka, di antaranya melalui
komunikasi interpersonal, pidato, seni, sastra, pertunjukan-pertunjukan,
publikasi, dan sebagainya.
Pada abad-abad setelah Masehi teknik-teknik serupa
juga digunakan oleh pemimpin agama, raja, penjelajah, dan pedagang. Pada abad
ini ide menggunakan segala bentuk dan media komunikasi yang bertujuan untuk
mempengaruhi orang lain bukanlah hal yang baru. Hal tersebut dibuktikan melalui
pemakaian kata propaganda yang sering dihubungkan dengan PR yang pertama sekali
digunakan di abad ke-17 oleh gereja Katolik yang ditandai dengan pendirian College
of Propaganda oleh Paus Gregory XV yang bertujuan untuk melatih
misionaris-misionaris yang akan dikirim ke luar negeri.
Prinsip Public Relations telah pula dilakukan oleh
orang-orang Yunani dan Romawi dengan dasar-dasar vox populi (suara rakyat) dan
republica (kepentingan umum). Pada zaman keemasan negaranya Olimpic Games,
Dionysian Festivals, dan upacara-upacara keagamaan lainnya telah menggalakkan
saling tukar pendapat dan perkembangan semangat dan kesatuan nasional.
Kota-kota di Yunani semakin mencerminkan opini publik.
Para pemimpin semakin sadar akan hubungan mereka dengan rakyatnya melalui apa
yang sekarang dianamkan public relations.
Demikian pula orang-orang Romawi, telah memiliki
konsep opini publik dan Public Relation melalui pontifexmaximus (Imam Agung))
yang mencatat segala pemberitahuan atau kejadian pada annals (papan tulis atau
papan pengumuman yang dipampangkan di rumah Imam Agung), di mana rumores, vox
populi atau res publicae (peristiwa-peristiwa umum dan penting) dari SPQR
(pemerintahannya atau Dewan Kerajaan dan Rakyat Romawi) disiarkan kepada
umum.Kemudian oleh Mahajara Caesar annels itu diganti dengan acta diurnal
(peristiwa sehari-hari yang dicatat dalam papan tulis) yang dipasang di Forum
Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Publik relation modern muncul melalui perkembangan tiga fungsi utama PR, yaitu agen
pemberitaan, publisitas, dan konseling. Tokoh-tokoh pahlawan dalam mitologi
atau sejarah digunakan untuk menarik perhatian orang. Pada abad 19, para
pebisnis maupun politikus di Amerika menggunakan tokoh-tokoh fiktif maupun
nyata, seperti John Henry, Daniel Boone, Davy Crockett, Buffalo Bill, Annie
Oakley, dan sebagainya untuk mempengaruhi dan menarik perhatian publik. Tokoh yang dianggap master of pseudoevent adalah PT
Barnum, seorang pemilik sirkus di Amerika pada abad 19.
Perang Dunia I dan II juga ikut berpengaruh dalam
perkembangan PR. Menjelang masuknya Amerika dalam Perang Dunia I, pemerintah AS
mendirikan Creel Committee, sebuah komite yang bertugas menyebarluaskan
ide-ide nasionalisme di kalangan rakyat Amerika dan mempengaruhi opini publik
dunia tentang perlunya perdamaian dan demokrasi dalam hubungan antar bangsa.
Selama Perang Dunia II, pemerintah Amerika mendirikan Office of War
Information (OWI), suatu badan yang tujuan utamanya menggalang dukungan
rakyat Amerika dan dunia untuk memenangkan perang. Dalam perkembangan
selanjutnya, PR menjadi bagian yang sangat penting dalam dunia bisnis, politik
maupun sosial. Beberapa tokoh pelopor public
relation Amerika selain Ivy Lee, antara lain adalah Benjamin Sonnenberg,
Rex Harlow, dan Leone Baxter.
Di Jerman, awal PR modern dapat dilacak melalui
dokumen yang ditulis oleh Alfred Knupp, pendiri Krupp Company, tahun
1866, berisi gagasan tentang komunikasi antara perusahaan dengan publik melalui
media masa (koran) dan perlunya suatu badan atau orang dalam perusahaan yang
mengelola masalah ini. Usaha tersebut
direalisasikan Friederich Alfred Knupp, putra Alfred Knupp pada 1983 dengan
mendirikan suatu biro pemberitaan yang kemudian menjadi bagian dari manajemen
perusahaan. Kesuksesan Alfred Knupp ini kemudian diikuti oleh
perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Perkembangan PR di Inggris dipelopori oleh Marconi
Company yang mendirikan sebuah departemen pada 1910 yang bertugas
memberikan press release tentang pencapaian perusahaan. Konseling PR
profesional yang pertama dikenalkan pada 1924 dengan mendirikan Editorial
Services Ltd. Dua media yang sangat penting dalam perkembangan public
relation di Inggris adalah Reuter dan British Broadcasting Company
(BBC). Di Australia, public relation pertama sekali dikenalkan Jenderal
Douglas MacArthur pada 1942. Staf-staf yang terampil dan terlatih dipekerjakan
untuk menyebarkan citra dan kebijakan perang MacArthur. Perkembangan industri
ikut memicu berdirinya Public Relation Institue of Australia (PRIA)
tahun 1960.
Sejarah perkembangan Public Relations di dunia dibagi
dalam beberapa periode berikut ini :
1. PR as non organized activity
periode ( Periode tahun 1700 – 1800 )
Periode dimana public relations muncul dalam bentuk
aktivitas yang tidak terorganisasi dengan baik, dikala itu banyak diwarnai
dengan kegiatan penyatuan pendapat rakyat umum untuk kemerdekaan/kebebasan dari
perbudakan dan sistem kolonialisme yang melanda dunia.Kegiatan diwarnai dengan acara
yang sederhana, penyelenggaraan pidato, pertemuan dan korespondensi
antarindividu. Banyaknya deklarasi kemerdekan membuat periode ini disebut juga
dengan periode “Public of Independence”
2. Periode
tahun 1801 – 1865 ( PR as organized activity periode)
Seiring dengan adanya kemajuan atau perkembangan
bidang industri, keuangan, perdagangan dan teknologi. Aktivitas Public
Relations mulai terorganisasi dengan baik, hal ini dapat dilihat dari Pesatnya
perkembangan hubungan perdagangan lokal, nasional maupun internasional.Periode
ini disebut masa perkembangan aktivitas PR ( PR of expansion) karena
keberhasilan aktivitas PR/Humas dan pers yang mengkampanyekan anti perbudakan
di kawasan negara – negara Eropa, Amerika, dan negara maju lainnya.
3. PR as professional ( Periode
tahun 1866 – 1900 )
Pada masa ini, aktivitas PR berubah bentuk menjadi
suatu kegiatan profesional. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dari
kemajuan teknologi industri berupa meluasnya penggunaan listrik dan mesin
pembakaran (internal combustion engine).PR dimanfaatkan para robber
barons (tuan tanah perampok) untuk kegiatan bisnisnya yang menganut asas
laissez faire, sistem ekonomi monopoli yang tidak memperdulikan nasib
rakyat/pekerjanya.Karena itu, Public Relations pada masa ini disebut masa the
public to be damned periode (1811 – 1900).
4. Public be informed periode (
Periode tahun 1901 – 1919 )
Aktivitas Public Relations pada masa ini adalah
melakukan investigative reporting (reportase investigasi) untuk melawan para
petani, populis, kristiani, sosialis dan serikat buruh yang memprotes keras
tindak kejahatan yang dilakukan oleh para usahawan, politisi tidak bermoral
serta koruptor. Mereka mengupah wartawan untuk membalas perlawanan tersebut
dengan mempengaruhi berita yang dimuat di media massa.
Tercatat dalam sejarah Public Relations. Pada tahun
1906 seorang paktisi dan sekaligus tokoh Public Relations Amerika Serikat Ivy
Ledbetter Lee, berhasil mengatasi krisis pemogokan massal yang melumpuhkan
kegiatan industri pertambangan batu bara dan perusahaan kereta api
Pennsylvania Rail Road melalui strategi Management of PR Handling and Recovery.
Dia berkerja sama dengan pihak pers yang mengacu pada Declaration of
Principles.
5. The Public Relations and
mutual understanding periode ( Periode tahun 1920 – sekarang )
Pada tahun 1923 PR/Humas dijadikan bahan studi,
pemikiran dan penelitian di perguruan tinggi sebagai sebuah profesi baru.
Perkembangan sekarang ini menunjukan adanya penyesuaian, perubahan sikap,
saling pengertian, saling menghargai dan toleransi di berbagai kalangan
organisasi dan publik.
Disamping ini semua sejarah perkembangan Public
relations bisa dilihat dari beberapa gambaran kronologi seperti berikut ini;
1. Abad
ke-19 : PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi
yang mandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. 1865-1900
: Publik masih dianggap bodoh
3.
1900-1918 : Publik diberi informasi dan
dilayani
4. 1918-1945
: Publik diberi pendidikan dan dihargai
5. 1925
: Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi
6.
1928
: Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata
kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu.
7. 1945-1968
: Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui
8. 1968
: Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arah ilmiah karena penelitian
yang rutin dan kontinyu.
Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis.
1. 1968-1979
: Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek
saja
2.
1979-1990 : Profesional/internasional
memasuki globalisasi dalam perubahan mental dan kualitas
1.3
Sejarah dan Perkembangan Public Relation
di Indonesia
Menurut
Onong Uchjana Effendy (1991: 12), public relations di Indonesia dimulai sejak
tahun 1950. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai
kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia
menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang
terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal
dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan
menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak
untuk ke luar organisasi.
Menurut
Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa PR di
Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia atau Asia.
Public Relations awalnya digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti
Olimpiade Korea Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988, dan
lain-lain. Olimpiade yang diselenggarakan oleh tuan rumah Korea Selatan di
tahun 1988 menggunakan salah satu jasa konsultan PR. Olimpiade adalah suatu
event international menyita perhatian semua orang bahkan samapai saat ini.
Sebagai tuan rumah, Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan eksitensi dirinya
yang memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk
memasarakan produk – produknya. Dalam kaitan inilah PR berfungsi. Public
Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA,
sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak
digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep
Public Relations dipahami dan digunakan oleh pihak–pihak tersebut dengan
berbagai macam pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya. (Iwan
Awaluddin Yusuf)
a. Perkembangan Public Relation Pada Masa
Kerajaan
Pada dasarnya praktik public relation sudah ada di
Indonesia sebelum kedatangan Belanda. Hal ini terbukti bahwa, pada masa
kerajaan-kerajaan di Indonesia yaitu pada masa kerajaan Mataram dimana adanya
usaha penembahan Senopati untuk menyebarkan ”gosip” bahwa keturunannya akan
menjadi pasangan dan lindungan Nyai Roro Kidul. Menurut salah satu versi
sejarah, usaha itu dimaksudkan untuk menyaingi pengaruh pada adipati di pesisir
utara Jawa yang kekuasaannya drestui oleh para Sunan atau Wali yang sangat
disegani.
b. Perkembangan Public Relation Pada Masa
Kemerdekaan
Ketika merumuskan konstitusi, ada banyak jurnalis atau
wartawan yang menunggu kelanjutan peritiwa setelah proklamasi kemerdekaan
sehari sebelumnya. Akhirnya pertemuan itu ditunda untuk memilih presiden dan
wakil presiden pertama Indonesia dan diumumkan kepada para jurnalis yang ada.
Itu, fase media relations yang penting.
Ketika perang kemerdekaan, adalah Soedarpo Sastorsatomo yang mengelola media relations sebagai Menteri Penerangan. Ia mengelola media relations di dalam negeri hingga mendukung diplomasi di PBB, termasuk untuk mengemas citra Indonesia di luar negeri. RRI juga disebut sebagai bagian dari aktivitas public relation ketika mengeluarkan program siaran luar negeri, yang kini pemancarnya ada di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Ada pula upaya untuk membantu India dalam mengatasi kelaparan dalam Program Rice for India, sekalipun Indonesia belum memiliki surplus beras.
Ketika perang kemerdekaan, adalah Soedarpo Sastorsatomo yang mengelola media relations sebagai Menteri Penerangan. Ia mengelola media relations di dalam negeri hingga mendukung diplomasi di PBB, termasuk untuk mengemas citra Indonesia di luar negeri. RRI juga disebut sebagai bagian dari aktivitas public relation ketika mengeluarkan program siaran luar negeri, yang kini pemancarnya ada di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Ada pula upaya untuk membantu India dalam mengatasi kelaparan dalam Program Rice for India, sekalipun Indonesia belum memiliki surplus beras.
c. Perkembangan Public Relation Pada Masa Orde
Baru
Setelah perang kemerdekaan, mulai berdatangan beberapa
perusahaan minyak diantaranya Shell, Stanvac, Caltex. Sebagai perusahaan
multinasional, mereka memiliki organ bernama public relation. Dimana S.
Maimoen, R Imam Sajono dan Soedarso yang di tahun 1950-an mulai dikenal sebagai
PR Officer yang berlatar belakang dari kalangan jurnalistik. Tahun 1954, Garuda
Indonesian Airways mulai mengembangkan unit public relation. Di tahun 1955,
Mabes Polri menjadi institusi pemerintah pertama yang memiliki unit public
relation. Kemudian diikuti oleh RRI. Sekalipun demikian, beberapa angkatan
bersenjata juga memiliki unit informasi yang dibawa kontrol presiden waktu itu.
Di tahun 60-an, istilah ”purel” sebagai akronim public relations makin populer
digunakan ketimbang term kehumasan.
Konsultan public relation “Pertama” Adalah PT Inscore
Zecha yang dipimpin M. Alwi Dahlan tercatat sebagai konsultan public relation
pertama yang berdiri di Indonesia tahun 1972. Kebanyakan mereka mengelola
kepentingan publisitas dalam bentuk iklan. Sejak tahun 1970, sekitar 20 tahun
national Development Information Office mendukung pengelolalaan public relation
pemerintah RI untuk dunia internasional.Universitas Padjajaran menjadi
universitas pertama yang membuka Fakultas
Public Relations di tahun 1964 dengan ibu Oemi Abdulrachman yang menjadi
dekannya. Setelah itu, banyak berkembang pendidikan public relation dalam
bentuk program studi hingga pendidikan di tingkat diploma. Tanggal 15 Desember
1972 merupakan momen deklarasi asosiasi public relation Indonesia yaitu
Perhumas yang dihadiri oleh beberapa PRO perusahaan minyak dan konsultan serta
akademisi term Asosiasi PR.
Di tahun 1974 posisi unit public relation dalam
organisasi pemerintah sudah mulai dipegang pejabat eselon III. Beberapa tahun
kemudian meningkat menjadi eselon II. Karena itulah di tahun 1974 ada Badan
Koordinasi Humas (Bakohumas) yang diketuai Direktur Humas Pembangunan Menteri
Penerangan.
Dalam pertemuan di Kuala Lumpur, 26 Oktober 1977,
Perhumas bersama asosiasi humas di negara-negara ASEAN bergabung dalam Federasi
Organisasi public relation ASEAN dan menggelar Kongres PR Asean pertama di
tahun 1978 di Manila. Pada tanggal 10 April 1987, Asosiasi Perusahaan public
relation Indonesia dibentuk suatu wadah profesi Humas yg disebut APPRI (
Assosiasi Perusahaan Public relation Independen ) yang mempunyai tujuan :
1. Mewujudkan fungsi PR yang jujur,Bertanggung jawab
sesuai dengan kode etik
2. Memberi Informasi terhadap Klien bahwa APPRI memberi Nasehat dalam PR
3. Mengembangkan kepercayaan umum atas public relation
2. Memberi Informasi terhadap Klien bahwa APPRI memberi Nasehat dalam PR
3. Mengembangkan kepercayaan umum atas public relation
Dan kemudian tanggal 11 November 2003, tercatat
sebagai kelahiran PR Society Indonesia.
Public Relations (PR) secara konsepsional dalam pengertian “State of Being “ di Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an, Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif marak dilakaukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui“ Who we are, and what should we do,first? “. Oleh sebab itu, dibentuklah Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kata lain, tidak menyeluruh.
Dengan alasan demikian, pada tahun 1962 , dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.
Namun, tidak berhenti disitu saja, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang merupakan terjemahan dari Public Relations. Maka tak heran, kita sering menemui penggunaan sebutan “ Direktorat Hubungan Masyarakat” atau “Biro Hubungan Masyarakat” bahkan “ Bagian Hubungan Masyarakat “ sesuai dengan ruang lingkup yang dijangkau.
Public Relations (PR) secara konsepsional dalam pengertian “State of Being “ di Indonesia baru dikenal pada tahun 1950-an, Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Dimana pada saat itu, Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta. Tentu saja, proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif marak dilakaukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah menganggap penting akan adanya badan atau lembaga yang menjadi pedoman dalam mengetahui“ Who we are, and what should we do,first? “. Oleh sebab itu, dibentuklah Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kata lain, tidak menyeluruh.
Dengan alasan demikian, pada tahun 1962 , dari Presidium Kabinet PM Juanda, menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.
Namun, tidak berhenti disitu saja, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Dimulai dengan pengambilan kata “Humas” yang merupakan terjemahan dari Public Relations. Maka tak heran, kita sering menemui penggunaan sebutan “ Direktorat Hubungan Masyarakat” atau “Biro Hubungan Masyarakat” bahkan “ Bagian Hubungan Masyarakat “ sesuai dengan ruang lingkup yang dijangkau.
Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai
dengan method of communication, maka istilah Humas dapat dipertanggung
jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Hubungan Masyarakat
itu, hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, misalnya
menyebarkan press release ke massa media, mengundang wartawan untuk jumpa pers
atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat
apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations. Itulah yang
dialami oleh Indonesia, yang ternyata lupa akan aspek secara hakiki dari PR itu
sendiri. Seperti, Pertama, Sasaran PR adalah public intern (internal publik )
dan public ekstern (Eksternal Publik). Internal Publik adalah orang-orang yang
berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga
jendral manager. Eksternal Publik ialah orang-orang yang berada di luar
organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya. Seperti
Kantor Penyiaran, PR harus menjalin hubungan dengan pemerintah, asosiasi
penyiaran Indonesia, sebagai organisasi yang berhubungan, selain itu dengan
berbagai macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas, sebagai calon
pembuatan relasi kerja sama.
Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah(
reciprocal two ways traffic communications ). Artinya, dalam penyampaian
informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat
menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik.
Ternyata, orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat
dikatakan sebagai “ PR Sejati “. Sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan
oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan
diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta
terbuka.
Bapak Rosady Ruslan, SH, MM membagi perkembangan
Public Relations di Indonesia menjadi 4 periode, yaitu :
a. periode 1 ( tahun 1962 )
Secara resmi di jelaskan bahwa Humas di Indonesia
lahir melalui presidium kabinet PM juanda. Di dalamnya di jelaskan pula secara
garis besar tugas ke humasan dinas, yaitu;
a. Tugas
Strategi untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan oleh pemimpin hingga pelaksanaannya
b.Tugas Taktis
untuk memberikan informasi, motivasi, pelaksanaan komunikasi timbal balik dua
arah supaya tercipta citra atas lembaga yang diwakili.
b. Periode tahun 1967-1971
Pada periode ini terbentuklah Badan Koordinasi
Kehumasan (BAKOHUMAS) dengan tata kerja pelaksanaannya antara lain; Ikut
serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dalam pembangunan khususnya dibidang
penerangan dan kehumasan, pembinaan dan pengembangan kehumasan. Tahun 1967
berdiri koordinasi antara humas departemen yang disingkat “Bakor” dan pada
tahun 1970-1971 bakor diganti menjadi “Bakohumas” yang diatur melalui SK
Menpen No. 31/kep/menpen/tahun 1971. Kerjasama ini menitik beratkan pada
pemantapan koordinasi intergrasi dan singkronisasi dalam operasi penerangan dan
kehumasan.
c. Periode
tahun 1972-1993
Periode ini di tandai dengan munculnya Public
Relations kalangan profesional pda lembaga swasta umum dengan indikator sebagai
berikut;
a. Pada
tanggal 15 Desember 1972, berdiri organisasi yang disebut Perhimpunan
Hubungan masyarakat Indonesia (PERHUMAS) sebagai wadah profesi humas oleh
kalangan praktisi swasta dan pemerintah seperti; Wardiman Djojonegoro (mantan
mendiknu) dan Marah Joenoes (matan Kahupnas pertamina). Pada konvensi nasional
humas di Bandung akhir tahun 1993 lahirlah Kode Etik Kehumasan Indonesia
yang disebut “KEKI”. Perhumas juga tercata sebagai anggota internasional public
relations assosiation (IPRA) dan ASEAN PRO (FAPRO).
b. Pada
tanggal 10 April 1987 di Jakarta terbentuk Assosiasi Perusahaan Public Relatios
(APPRI) dengan beberapa tujuan untuk mewujudkan PR yang independen, seperti;
1. Mewujudkan
fungsi Public Relations yang jujur dan bertanggung jawab dengan kode etik
2. Memberi
informasi terhadap klien bahwa APPRI memberi nasehat dalam public relations.
3.
Mengembangkan kepercayaan umum terhadap public relations.
d. Periode
1993-sekarang
Public relations berkembang di kalangan swasta bidang
profesional khusus dengan indikator sebagai berikut;
a. Pada
tanggal 27 November 1995, terbentuk himpunan Humas Berbintang (H-3). Himpunan
ini di peruntukkan sebagai wadah organisasi profesi HUMAS bidang jasa
perhotelan, berkaitan erat dengan organisasi PHRI (perhimpunan Hotel dan
Restoran di Indonesia).
b. Tanggal
13 september 1996, diresmikannya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan
(FORKAMAS) oleh gibernur BI Soedradjad Djiwandono. Forum ini resmi bagi para
pejabat HUMAS (Public Relations Officer), baik bank pemerintah (HIMBARA),
swasta (PERBANAS), dan asing yang beroperasi di bidang jasa perbankan di
Indonesia.
c. Keluarnya
SK BAPEPAM No. 63/1996, tentang wajibnya pihak emitmen (perusahaan yang go
public) di pasar Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya yang memiliki
lembaga Secretary.
d. Berdirinya
PRSI (Public Relations Society of Indonesia) pada tanggal 11 November 2003 di
jakarta. Ini menyerupai PRSA (Pubic Relations society of Amerika), sebuah
organisasi profesional yang bergengsi dan berpengaruh serta mampu memberikan
sertifikasi akreditasi PR profesional (APR) di Amerika yang di akui secara
internasional.
e. PRSI
atau masyarakat PR Indonesia (MAPRI) pertama kali di pimpin oleh August
Parengkuan seorang wartawan senior harian kompas da mantan ketua
perhumas-Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah meningkatkan kesadara,
kepedulian, kebersamaan, pemberdayaan serta partisipasi para anggotanya untuk
berkiprah sebagai PR professional dalam aktivitas secara nasional maupun
internasional.
Meski dikatakan PR di Indonesia berkembang cukup pesat
namun Public Relations di Indonesia sendiri lupa akan hakikinya. Seperti yang
terdapat dalam sasaran PR yaitu Internal dan Eksternal Public.
Namun sekarang, PR lebih intens terhadap eksternal public selain itu PR juga
merupakan komunikasi dua arah (Reciprocal two ways traffic communications).
Artinya, dalam PR penyampaiannya public relations di harapkan untuk
menghasilkan umpan balik sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi evaluasi.
Pada periode pertama public relations di Indonesia
secara struktural belum banyak yang bisa ditempatkan dalam top management karena
orientasinya belum bisa dikatakan sebagai “PR Sejati” sebab berbeda dengan
pengertian konsep PR yang di terapkan oleh Ivy L.Lee. Namun, meskipun begitu
hingga kini perkembangan-perkembangan PR terus ada dan di Indonesia juga
berkembang hingga bisa dikatakan “PR Sejati” hal ini merupakan akibat dari
perkembangan teknologi yang membawa perubahan.
Sehingga kini, dapat disinkronisasikan dengan rumusan
fungsi PR dari Departemen Penerangan R.I, yaitu;
1.
Melaksanakan Hubungan ke dalam, yaitu pemberian pengertian tentang segala hal
mengenai Departemen Penerangan terhadap “Internal Public” yaitu para karyawan.
2.
Melakukan hubungan ke luar, yaitu pemberian informasi tentang segala hal
mengenai Departemen Penerangan terhadap “External Public” yaitu masyarakat pada
umumnya.
3.
Melakukan pembinaan serta bimbingan untuk mengembangkan Kehumasan sebagai
medium penerangan.
4.
Meyelenggarakan Koordinasi Integrasi dan Sinkronisasi serta kerjasama kegiatan
Hubungan Masyarakat untuk penyempurnaan pelayanan penerangan terhadap umum.
Dari beberapa keterangan bisa disimpulkan bahwa
sejarah perkembangan PR di Indonesia terus berkembang hingga saat ini dan tidak
memperkecil kemungkinan kalau PR di Indonesia akan terus mengalami perubahan
secara signifikan dari tahun ke tahun.
1.4 Pelopor dan Tokoh PR di Dunia
Ivy Ledbetter Lee, lulusan dari
Princeton, adalah wartawan yang meliput dunia bisnis. Setelah lima tahun menjadi
wartawan, pada tahun 1903 Lee berhenti dari pekerjaannya yang bergaji kecil di
World untuk bekerja pada kampanye Seth Low menjadi walikota New York. Pekerjaan
itu menuntunnya bekerja sama dengan George F. Parker di bidang biro pers bagi
Komite Nasional Demokrat selama kampanye Presiden 1904 (Cutlip, Center &
Broom, 2005: 96).
Lee dan Parker sempat membentuk kemitraan the Parker
and Lee, yang ditutup pada tahun 1908, karena Ivy Lee menjadi agen publisitas
pertama bagi Jawatan Kereta Api Pensylvania.
Lee, sewaktu dipekerjakan George F. Bear pada kasus
pemogokan batubara anthracide (yang sulit panas) tahun 1906, menerbitkan
"Deklarasi Prinsip-prinsip" yang dikatakan oleh Eric Golfman bahwa
deklarasi ini "menandai kemunculan kehumasan tahap kedua. Publik tidak
lagi diabaikan pada cara bisnis tradisional, tidak pula dibodohi pada cara agen
pers yang tetap berlangsung hingga sekarang."
Deklarasi Lee lalu dikirimkan melalui pos ke seluruh
editor kota, yang bunyinya sebagai berikut:
”Ini bukan biro pers rahasia. Seluruh pekerjaan kami
dilakukan dalam suasana keterbukaan. Tujuan kami memasok berita. Ini bukan agen
periklanan; jika anda pikir jenis tulisan ini harus secara tepat masuk ke
kantor anda, jangan gunakan tulisan itu. Tulisan kami akurat. Rincian lebih
lanjut atas pokok bahasan apa saja yang dibahas akan disediakan dengan segera,
dan editor siapa saja akan dibantu dengan sangat gembira, guna memverifikasi
secara langsung pernyataan fakta apa saja ... Ringkas kata, secara sopan dan
terbuka, atas nama permasalahan dunia bisnis dan lembaga publik, rencana kami
adalah memasok ke pers dan publik Amerika Serikat informasi yang cepat dan
akurat mengenai pokok masalah yang dianggap bernilai dan menarik perhatian
publik untuk mengetahuinya.”
Meskipun para wartawan diijinkan meliput pemogokan
tersebut, Lee memberikan laporan baru setelah dilakukan rapat pemogokan. Lee
adalah salah seorang yang pertama menggunakan sistem handout (sekarang
dinamakan press release atau news release) dalam skala besar.
Selama periode ini, Lee menggunakan istilah
"publisitas" untuk menggambarkan apa yang sekarang dinamakan hubungan
masyarakat atau PR; konsep itu dan kesuksesan Lee tumbuh cepat. Pada December
1914, berdasarkan saran Arthur Brisbane, Lee dipilih sebagai penasihat pribadi John
D. Rockefeller Jr. Kelompok Rockefellers sedang diserang keras karena kegiatan
tetap-bekerja pada saat terjadi pemogokan pada Colorado Fuel dan Iron Company
milik mereka. Lee melayani Rockefeller hingga kematiannya pada 1934.
Ivy Lee melakukan banyak pekerjaaan yang menjadi
pekerjaan dasar praktek kontemporer. Meskipun dia tidak menggunakan istilah PR
hingga setidaknya 1919, Lee menyumbangkan banyak teknik dan prinsip yang
diikuti oleh para praktisi sekarang. Lee mendorong pertumbuhan departemen publisitas
dan melatih penasihat publisitas di banyak lembaga. Selama 31 tahun dia
berkecimpung di bidang kehumasan. Lee mengubah lingkup atas bidang yang
dikerjakannnya dari "keagenan murni" ke menjadi "pemikir yang
dipercaya untuk diajak bekerja sama oleh dunia bisnis."
Rekor Lee, meskipun sangat besar, tidak bebas dari
kritik. Sewaktu dia meninggal, dia diberhentikan dari pekerjaan sebagai
perwakilan the German Dye Trust, yang dikendalikan oleh I. G. Farben. Lee
menjadi penasihat kartel itu setelah Adolf Hitler berkuasa di Jerman dan Nazi
mengambil alih kendali. Lee dibayar fee tahunan $25.000 dan ganti atas
pengeluaran (jumlah yang besar pada saat itu) oleh perusahaan Farben dari
ketika dia pensiun pada 1933 hingga perusahaannya menghentikan pelanggan itu segera
setelah kematiannya pada 1934.
Rex F. Harlow, adalah orang
yang berpengalaman dan mengetahui perlunya jasa publisitas di bagian lain AS.
Rex F. Harlow memulai karirnya pada 1912 di Oklahoma City ketika dia
dipekerjakan oleh kakak laki-lakinya untuk mempromosikan Harlow's Weekly. Pada
1980-an Harlow menjalani dan membantu membentuk praktek kehumasan sekarang ini.
Sewaktu mengajar di Universitas Stanford pada 1939, dia mulai mengajar mata
kuliah kehumasan dan mendirikan the American Council on Public Relations
(ACPR).
Pada 1945 dia membuat majalah bulanan "Public
Relations Journal", yang diterbitkan hingga 1995 oleh the Public Relations
Society of America (PRSA). Organisasi ini dibentuk pada 1948 sewaktu ACPR milik
Harlow merger dengan the National Association of Public Relations Council.
Harlow meninggal 16 April 1993, pada usia 100 tahun.
Praktik kontemporer kehumasan pertama kali muncul
sebagai tindakan defensif, tetapi Perang Dunia I memberinya suntikan ofensif.
Presiden Woodrow Wilson, yang sangat sadar akan pentingnya opini publik,
membentuk the Commite on Public Information (CPI) - sering disebut sebagai the
Creel Commitee. The CPI harus memobilisasi opini publik dalam rangka mendukung
upaya perang dan sasaran damai Wilson di negeri yang opininya cukup
terpecah-pecah ketika perang diumumkan. George Creel dipilih sebagai
pemimpinnya.
George Creel beserta CPI
memperlihatkan yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya mengenai kekuatan
publisitas untuk memobilisasi pendapat. Creel tidak memiliki manual kampanye
yang dapat dia jadikan pedoman. Dia berimprovisasi ketika dia melakukan tugas
itu. Contohnya, dia tidak memiliki radio atau televisi nasional untuk
menjangkau AS secara cepat, karenanya dia menciptakan the Four Minuteman,
jaringan relawan yang meliput sejumlah 3.000 counties (kabupaten) di AS. Para
relawan itu, yang disiagakan via telegram dari Washington, akan berpencar dalam
rangka berbicara dengan sekolah, gereja, klub jasa, dan perjumpaan massa
lainnya. Menjelang akhir perang mendekati 800.000 pesan empat menit itu telah
dikirimkan ke sebanyak 400.000 orang. Upaya CPI yang dikepalai oleh Creel dan
Carl Byoir ditulis riwayatnya secara urut pada karya Creel How We Advertised
America dan karya Mock dan Larson, "Words
That Won the War".
Creel menggabung-gabungkan dengan brilian dan terampil
kelompok wartawan, cendekiawan, agen atau orang pers, editor, artis, dan juru
manipulasi simbol opini publik lainnya menjadi Amerika bersatu yang tidak
pernah terjadi sebelumnya dalam rangka mencapai sasaran tunggal. Lingkup yang
menakjubkan atas keagenan besar beserta kegiatannya tidak akan tertandingi
hingga kemunculan diktator totaliter setelah perang itu. Creel, Byoir, dan para
mitra kerja mereka merupakan penasihat kehumasan bagi pemerintah AS, yang lebih
dahulu menyampaikan ke penduduk negeri itu dan kemudian ke orang di tempat yang
jauh mengenai gagasan yang memberikan kekuatan motivasi atas keadaan perang
yang dilaksanakan 1917-1918.
Carl Byoir.
The Creel Commite melatih banyak
praktisi yang memanfaatkan pengalaman mereka sewaktu perang dan membuat mereka
mampu memanfaatkan panggilan kerja yang menguntungkan. Di antara mereka adalah
Carl Byoir dan Edward L. Bernays. Byoir, yang pada usia 28 telah menjadi mitra
kerja yang memimpin the CPI, setelah perjalanan satu dasawarsa ke bentuk-bentuk
usaha lain yang didirikan pada 1930 yang kemudian menjadi salah satu perusahaan
kehumasan terbesar di AS hingga perusahaan itu diakuisisi oleh keagenan
periklanan the Foote, Cone, & Belding pada 1978. Bernays, yang memiliki
peran kecil di the CPI, mulai 1920-an menjadi salah satu orang yang
mendefinisikan bidang profesi kehumasan dan penganjur kehumasan yang tidak
mengenal lelah.
Edward L. Bernays dan Doris E. Fleischman. Salah satu pesaing Ivy Lee dalam mendapatkan pengaruh dan bisnis pada era
1920-an adalah Edward L. Bernays. Sebelum Perang Dunia I, Bernays pernah
bekerja sebagai agen pers. Semasa bekerja untuk Creel Committee selama perang,
pikirannya selalu sarat dengan mimpi tentang kemungkinan mendapatkan pekerjaan
tetap dari apa yang disebutnya sebagai "rekayasa persetujuan publik.”
Bemays dianggap berjasa dalam menemukan istilah "public relations
counsel" dalam "Crystalizing Public Opinion", buku
pertama tentang PR pada 1923.
Ia merintis lebih banyak bidang baru ketika memberi kuliah PR pertama di New York University. Bernays melanjutkan perannya sebagai pengarang, dosen, advokat, dan kritikus hingga memasuki dekade 1990-an. Majalah Life mencanturnkan Bernays dalam edisi khusus 1990, "The 100 Most Important Americans of the 20th Century." Ia meninggal dunia pada 9 Maret 1995 pada usia 103 tahun.
Ia merintis lebih banyak bidang baru ketika memberi kuliah PR pertama di New York University. Bernays melanjutkan perannya sebagai pengarang, dosen, advokat, dan kritikus hingga memasuki dekade 1990-an. Majalah Life mencanturnkan Bernays dalam edisi khusus 1990, "The 100 Most Important Americans of the 20th Century." Ia meninggal dunia pada 9 Maret 1995 pada usia 103 tahun.
Bernays menikah dengan Doris E. Fleischman pada 1922.
Mereka bersama-sama mengelola firma Edward L. Bernays, Counsel on Public
Relations, hingga resmi pensiun dari praktek aktif pada 1962. Sang isteri
meninggal pada 1980. Mereka memberi konsultasi bagi perusahaan-perusahaan
besar, badan pemerintahan, dan Presiden AS mulai dari Calvin Coolidge hingga
Dwight Eisenhower, dengan Bernays sebagai bintang dalam sebagian besar tugas.
Meski dipandang sebagai mitra sejajar Bernays dalam perusahaan, dengan
menciptakan jurnal hubungan masyarakat pertama dan bekerja sama dengan Bernays
dalam mengembangkan istilah public relations counsel, Fleischman berjuang untuk
persamaan profesional karena ia seorang wanita.
Fleischman merupakan feminis muda yang setelah menikah
dengan Bernays tetap memakai nama belakangnya sendiri jauh sebelum hal ini
dapat diterima masyarakat. Selama tiga dekade Fleischman mendaftarkan diri
di hotel, dan dua kali di rumah sakit bersalin, sebagai "Nona Doris E.
Fleischman," dan pada 1925 ia menerima paspor AS untuk wanita menikah
dengan nama belakangnya sendiri. Nama itulah yang dipakainya dalam buku 1928 yang
disuntingnya untuk karier bagi wanita, juga di artikel tujuh majalah dan
bab-bab buku yang diterbitkannya antara 1930 dan 1940.
Buku Bernays terbit menyusul "Public Opinion" karya Walter Lippman yang terbit
pada 1922, sebagai buku yang mencerminkan peningkatan perhatian terhadap
kekuatan dan hakikat opini masyarakat. Pada tahun-tahun sebelum 1917, hanya ada
18 buku tentang opini masyarakat dan publisitas yang
diterbitkan. Setidaknya ada 28 judul yang muncul antara 1917 dan 1925.
Perhatian para cendekiawan juga bermuasal dari periode
ini. Ilmuwan sosial mulai mengeksplorasi hakikat opini masyarakat dan peran
komunikasi massa dalam pembentukannya. Walaupun metode pengukuran opini belum
muncul sebelum era 1930-an, karya pasca perang ilmuwan sosial banyak berperan
dalam perkembangan riset pasar, jajak pendapat opini masyarakat, dan ilmu
komunikasi.
John W. Hill. Meski terjadi
ledakan ekonomi dan pertumbuhan media yang pesat, hanya ada enam firma PR dalam
daftar pelanggan telepon Manhattan pada 1926. Pada 1927, John W. Hill, jurnalis
dari Cleveland, membuka firma di kota itu. Pada 1933, ia membentuk kemitraan
dengan Don Knowlton, dan tidak lama setelah itu ia pindah ke New York untuk
mendirikan Hill and Knowlton, Inc. Knowlton tetap mengelola kantor di
Cleveland. Kedua firma yang hanya dihubungkan oleh kepemilikan yang tumpang
tindih itu beroperasi secara independen hingga 1964, ketika Knowlton pensiun
dan perusahaan di Cleveland dijual kepada perusahaan penerusnya. Hill meninggal
dunia pada 1977.
Pada 1980, JWT Group, perusahaan induk pemilik biro
iklan J. Walter Thompson Company,
mengakuisisi Hill and Knowlton sebesar US$28 juta. Kelompok usaha JWT diambil
alih oleh konglomerat Inggris WPP Group, London, pada 1989.
Hill lama dipandang sebagai perintis konsultan PR yang etis dan dihormati. Peran Hill dalam membantu perusahaan-perusahaan tembakau besar dari Komite Riset Industri Tembakau (FIRC) mengancam legalitasnya. Atas rekomendasi Hill, para presiden perusahaan tembakau besar sepakat untuk mendanai TIRC, sementara Hill memperjuangkan perang tembakau mewakili industri rokok hingga ia pensiun dari Hill & Knowlton pada 1962. Selama kehidupan profesionalnya Hill menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki integritas dan prinsip dengan komitmen terhadap tulisannya. Kalau perusahaan klien yang ada mengadopsi kebijakan yang diyakini konsultan bukan merupakan kepentingan masyarakat, ia akan menasihati mereka untuk menentangnya. Jika integritas ada di tangannya, bersiaplah untuk kehilangan account apabila klien bersikap bertahan. Ketika ditanya langsung tentang perannya dalam pembentukan TIRC dan dalam PR tembakau, pada 1966 Hill menanggapi, "Saya menolak untuk mengomentari masalah ini mengingat account ini bersifat aktif dan sangat sensitif," dan tidak menutupi account tembakau Hill & Knowlton dalam riwayat hidupnya pada 1963, "The Making of Public Relations Man". Tetapi lama setelah Hill meninggal dunia, ada sedikit keraguan akan perannya dalam menciptakan garis depan PR bagi industri tembakau.
Hill lama dipandang sebagai perintis konsultan PR yang etis dan dihormati. Peran Hill dalam membantu perusahaan-perusahaan tembakau besar dari Komite Riset Industri Tembakau (FIRC) mengancam legalitasnya. Atas rekomendasi Hill, para presiden perusahaan tembakau besar sepakat untuk mendanai TIRC, sementara Hill memperjuangkan perang tembakau mewakili industri rokok hingga ia pensiun dari Hill & Knowlton pada 1962. Selama kehidupan profesionalnya Hill menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki integritas dan prinsip dengan komitmen terhadap tulisannya. Kalau perusahaan klien yang ada mengadopsi kebijakan yang diyakini konsultan bukan merupakan kepentingan masyarakat, ia akan menasihati mereka untuk menentangnya. Jika integritas ada di tangannya, bersiaplah untuk kehilangan account apabila klien bersikap bertahan. Ketika ditanya langsung tentang perannya dalam pembentukan TIRC dan dalam PR tembakau, pada 1966 Hill menanggapi, "Saya menolak untuk mengomentari masalah ini mengingat account ini bersifat aktif dan sangat sensitif," dan tidak menutupi account tembakau Hill & Knowlton dalam riwayat hidupnya pada 1963, "The Making of Public Relations Man". Tetapi lama setelah Hill meninggal dunia, ada sedikit keraguan akan perannya dalam menciptakan garis depan PR bagi industri tembakau.
Meskipun John Hill sudah memenangkan pertarungan yang
sangat duniawi itu, nyatanya ia memang merupakan kekuatan yang menuntun
pembentukan Komite Riset Industri Tembakau yang kemudian menjadi Institut
Tembakau. Dengan demikian Hill harus bertanggung jawab atas "rencana yang
disusun dan dijalankan dengan brilian" yang dengan menggunakan biaya
berjuta kesehatan warga Amerika membantu kepentingan egois industri tembakau.
Arthur W. Page. Di antara para
perintis yang membentuk praktek PR saat ini, Arthur W. Page ada di deretan
terdepan. Page membangun tiga karier bisnis yang berhasil, namun ia masih punya
waktu untuk menyumbang bakat bagi banyak upaya layanan publik. Ia menjadi
penulis dan redaksi World's Work Magazine dan terbitan berkala lainnya dari
Doubleday, Page and Company mulai 1905 hingga 1927. Lalu ia menerima tawaran
Walter Gifford untuk menjadi wakil presiden American Telephone and Telegraph
Co. menggantikan James D. Ellsworth. Sejak awal Page sudah menegaskan bahwa ia
hanya akan menerima jabatan itu dengan syarat tidak difungsikan sebagai orang
publisitas, mempunyai suara dalam penentuan kebijakan, dan kinerja perusahaan
menjadi penentu reputasi puliknya. Falsafah Page terangkum dalam pernyataannya:
Page pensiun dari AT&T pada 1947, setelah
mengintegrasi konsep dan praktek PR ke dalam Sistem Bell. Sejak saat itu hingga
wafatnya pada 1960 dalam usia 77 tahun, ia memberikan layanan konsultasi bagi
banyak perusahaan besar dan menyumbangkan banyak waktu untuk layanan
pemerintah, pendidikan tinggi, dan badan-badan lainnya. Tetapi jejaknya dalam
PR merupakan karyanya ketika bekerja di AT&T. Ajaran dan prinsipnya tidak
hanya bertahan pada perusahaan-perusahaan yang dahulu merupakan bagian dari
AT&T (pecah pada 1984), melainkan diperbaharui dan dimasyarakatkan oleh
Arthur W. Page Society. Keanggotaan perhimpunan yang didirikan pada 1983 ini
utamanya mencakup eksekutif hubungan masyarakat senior, konsultan terkemuka,
dan tokoh-tokoh hubungan masyarakat lainnya. Menurut kepustakaan Page Society,
Page mempraktekkan enam prinsip PR:
Page mempraktekkan enam prinsip PR:
Katakan yang sebenarnya. Biarkan masyarakat tahu apa
yang terjadi, dan berikan gambaran yang akurat tentang karakter, idealisme, dan
praktek perusahaan.
Buktikan dengan tindakan. Persepsi masyarakat tentang
organisasi 90 % ditentukan oleh perlakuan dan 10% oleh pembicaraan.
Dengarkan pelanggan. Untuk memberi layanan yang baik
bagi perusahaan, pahami apa yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat. Berikan
informasi terus-menerus kepada pengambil keputusan puncak dan karyawan lainnya
tentang PR bagi produk, kebijakan, dan praktek perusahaan.
Kelola untuk besok. Lakukan antisipasi PR dan
kesampingkan praktek yang menciptakan kesulitan. Bangkitkan niat yang baik.
Terapkan PR seolah seluruh perusahaan bergantung
padanya. Hubungan korporat merupakan fungsi manajemen. Tidak ada strategi
korporat yang boleh diterapkan tanpa mempertimbangkan dampaknya pada
masyarakat. Profesional PR merupakan pengambil kebijakan yang cakap, menangani
banyak sekali aktivitas komunikasi korporat.
Tetaplah tenang, sabar, dan berselera humor baik.
Buatlah landasan kerja bagi keajaiban PR dengan konsisten, tenang, dan
perhatian beralasan pada informasi dan kontak. Saat muncul krisis, ingatlah
bahwa komunikasi terbaik dihasilkan oleh kepala dingin.
Alice L. Beeman. Pada konvensi
1925, organisasi ini mengambil bentuk baru yang mencerminkan pertumbuhan
praktek ini dalam pendidikan tinggi. Lambang pertumbuhannya pada tahun-tahun
berikutnya adalah perubahan nama menjadi Asosiasi Publisitas Lembaga Pendidikan
Tinggi Amerika pada 1930, menjadi Asosiasi Hubungan Masyarakat Lembaga
Pendidikan Tinggi Amerika pada 1964, dan menjadi Dewan untuk Kemajuan dan
Dukungan bagi Pendidikan (CASE) pada 1974 setelah bergabung dengan Dewan Alumni
Amerika. Penggabungan ini mencerminkan adanya perubahan penekanan pada PR
perguruan tinggi, dari publisitas menjadi pengembangan dan pengumpulan dana.
CASE diluncurkan di bawah kepemimpinan presiden pertamanya, Alice L. Beeman.
Sebelumnya ia merupakan direktur jenderal Asosiasi Amerika bagi Wanita
Universitas yang berbasis di Washington, D.C., dan Yayasan Pendidikan AAUW.
Posisi barunya sebagai Presiden CASE menjadikan Beeman wanita pertama yang
mengepalai badan PR nasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Jefkins, Frank
dan Daniel Yadin. 1996. Public Relations. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Ruslan Rosady.
1998. Manajemen PR & Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Soemirat, Soleh
dan ElvinaroArdianto.2004.Dasar-Dasar Public Relations.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PUBLIC RELATIONS DI DUNIA DAN INDONESIA
4/
5
Oleh
Siti Maryam
1 komentar:
Tulis komentarwww.bunglonmerah.blogspot.com
Reply